Saturday, April 21, 2018

Ini Dia All New Ertiga, Spesifikasinya

Ertiga boleh dibilang  mobil keluarga yang ramai peminatnya,  nah tahun ini diramaikan dengan kemunculan mobil All New Ertiga yang merupakan Ertiga generasi kedua.


Dengan mengusung desain dan mesin baru berkapasitas 1.500 cc, mobil yang mampu menampung tujuh penumpang ini dibekali beberapa fitur baru. Apa saja fitur baru di All New Ertiga?  Ini dia :

  • Dari sisi keselamatan, ada rem antilock-braking system (ABS) dan electronic brakeforce distribution (EBD).
  • Interior mobil yang dimensinya sedikit lebih panjang dan lebar dari generasi sebelumnya ini juga diperbarui.
  • Ada colokan untuk mengecas ponsel di dasbor dan konsol tengah.

Sayangnya, pendingin kabin yang dipasang masih menganut model lama alias konvensional. Padahal, beberapa produk mobil yang setara  sudah memakai AC digital.


Saturday, December 31, 2016

Investasi itu mudah, mengapa harus asing

Negara yang memiliki kekayaan alam seperti Indonesia harus memiliki kebijakan keuangan dan investasi yang pas. Bukan meniru konsep Amerika, Eropa, Jepang, atau pun Cina yang kekayaan alamnya pas-pasan. Konsepnya harus konsep investasi ala Indonesia.

Persepsi bahwa alam Indonesia kaya itu telah tertanam dalam benak dan pikiran perbankan dan para kapitalis asing. Apapun perusahaannya dan siapapun orangnya bukan masalah bagi mereka, yang penting izin lengkap.

Bahkan surat Izin Usaha Penambangan (IUP) yang diteken seorang Gubernur di Indonesia dinilai milyaran dollar sebagai supporting letter dalam dunia perbankan asing. Surat pejabat itupun berporsi hingga 80% dari total proses kredit perbankan mereka. Selebihnya baru mereka melihat studi kelayakan dan sebagainya.

Ketika saya memimpin koperasi lada terbesar di Belitung 16 tahun silam, surat perjanjian dengan pembeli (user) di Jepang dapat mereka jadikan jaminan kredit dalam perbankan di Jepang yang waktu bernilai USD12 juta.

Persepsi tersebut juga sama bentukannya dengan pemahaman bahwa hutan gambut Indonesia yang ada di Kalimantan dan Sumatra adalah paru-paru dunia. Sehingga apapun yang diminta Indonesia untuk mengamankan hutan gambut itu, akan diberi dalam porsi yang wajar. Tetapi mengapa justru Indonesia menyerahkan pengelolaan dananya kepada George Soros? Apakah orang Indonesia bodoh?

Ketika grup Rio Tinto take over secara terselubung tambang emas di Sulawesi dengan harga puluhan milyar rupiah saja, grup penguasa tambang dunia ini mampu meraih trilyunan dalam hitungan hari di bursa New York dan London begitu lahan tambang tersebut dalam dalam daftar grup mereka.

Kini, begitu keran investasi dibuka bebas oleh Pemerintah Jokowi, pengusaha asal Tiongkok kalap bagaikan anjing kelaparan. Mereka menyerbu semua sektor usaha, utamanya perkebunan dan pertambangan. KTP palsu pum mereka bikin, karena memang disengaja e-KTP digantung agar proses itu mudah. Tak sampai setahun, pengusaha asal Tiongkok telah dapat sekitar 1.600 lebih proyek di Indonesia.

Padahal rumusan investasi untuk negara kaya di Indonesia gampang. Lahan tambang yang berizin lengkap tetapi belum ditambang saja sudah dapat uang. Lahan perkebunan berizin lengkap belum ditanam saja sudah mendapatkan uang. Kontraktor di Indonesia begitu menang tender tetapi belum dikerjakan saja sudah bisa dapat pembayaran 100% atau bertahap dari perbankan Indonesia. Mestinya begitu. Seperti juga bank di luar negeri memberlakukannya.

Jadi semua ini hanya perlukan instruksi Presiden Jokowi agar perbankan Indonesia jemput bola. Kejar peluang pola investasi seperti tersebut di atas dengan suatu jaminan asuransi. Jaminan asuransi juga harus dibenahi, jangan seperti sekarang ujung akhir keuntungan asuransi saat ini adalah perusahaan asuransi asing. Apakah bangsa Indonesia juga masih bodoh?

Jika perbankan dan dunia asuransi Indonesia berbenah, hidupkan kembali jasa konsultan investasi sebagai pengawas dan penanggungjawab investasi kepada bank, Indonesia tidak membutuhkan investor asing. Juga Indonesia tidak membutuhkan tenaga kerja asing karena anak bangsa Indonesia dikenal cekatan, pandai, dan pintar dalam segala hal bidang pekerjaan.

Bangsa Indonesia bukan yang bodoh. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang miskin. Bangsa Indonesia adalah Bangsa Yang Besar. ***

Oleh: Safari ANS*
*Penulis adalah mantan jurnalis Harian Prioritas dan saat ini menjadi Chairman IFID

sumber : terkini.com

Saat Jokowi Sambut Tahun Baru 2017 Di Istana Bogor

Presiden Joko Widodo menghabiskan pergantian tahun 2016 ke 2017 di Istana Bogor 

“00.00 Tahun 2017 di rumah saja. Selamat tahun baru,” tulis Jokowi melalui akun personalnya di Facebook.
Presiden Jokowi saat pergantian tahun dari 2016 ke 2017 di pelataran Istana Bogor. Foto : Istimewa.
Dari foto yang dishare di akun personal pada situs jejaring social Facebook, terlihat Jokowi sedang duduk santai seorang diri di pelataran Istana Bogor. Ia mengenakan kemeja dan sarung bercorak hitam putih.

Tak lama kemudian, sejumlah nitizen mulai meramaikan akun Jokowi. Mereka mengucapkan Selamat Tahun Baru ke Presiden Joko Widod.
Thursday, May 10, 2012

At a Fruit Shop


Seller        : Good Morning Madam. Can I help you ?
Customer    : Yes Thank You. I Want to buy some apples

Seller        : How about these? They arrived from Malang only yesterday,  so very fresh.
Customer    : Are They sweet ?

Seller        : Yes, very sweet. Malang apples are really good.
Customer    : Yes, they are. How much are they  per kilo?

Seller        : Two thousand rupiah. .
Customer    : What about the ones over there ?

Seller        : Those are tree thousand and fifty thousand rupiah per kilo,  because they’re much larger
Customer    : Well, I Think I’ll take three kilo.

Seller        : Very well, madam. Is there anything else ?
Customer    : No Thank you.

Etika Bisnis


Beberapa istilah dalam Mata Kuliah Etika Bisnis seperti :

5. a. Quid leges sine moribus
Norma moral merupakan norma yang lebih mendasar karena bersumber dari hati nurani manusia. Penegakan norma hokumpun mempersyaratkan keteguhan norma moral. Apa artinyahukum jika tana moral? Sekalipun sudah ada norma hukum secara formal, tapi kalau para penegak hukum tidak mempunyai norma moral yang kuat maka hukum tidak akan berjalan dengan semestinya.

    b. The good that I would do, I do not and the bad that I Would not, that I do.
Banyak orang tahu, bahkan mungkin sering berkhotbah tentang perbuatan yang baik tapi kenyataanya tidak merema lakukan. Sebaliknya, banyak orang yang amat kurang paham tentang perbuatan yang buruk tai mereka justru melakukannya. Hal ini terjadi karena orang tidak mempunyai disiplin diri yang kuat atau karakternya lemah. Padahal tujuan kita dilahirkan sebagai manusia adalah untuk mengubah perbuatan yang buruk menjadi baik.

    c. Human act vs an act of man
Human act adalah tindakan spesifik manusiawi yang dilakukan berdasarkan kehendak sadar dan berada dibawah kontrolnya, sehingga ia bertanggungjawab atas segala perbuatannya.
An act of man adalah tindakan yang dilakukan oleh manusia tapi tidak secara sadar dikehendakinya, sehingga ia tidak menguasainya dan tidak bertanggungjawab atas perbuatnnya. Hal ini tergolong tindakan manusia tapi tidak manusiawi.

    d. Insider trading
Akibat dari krisis nilai dan norma yang terjadi ketika peranan etika menjadi tidak menonjol dan tidak strategis dalam era perubahan sosial yang makin merebak dan merasuk keseluruh lapisan masyarakat. Kemajuan teknologi juga membawa serta nilai – nilai baru yang tidak selalu sesuai dengan nilai – nilai lam yang sudah mapan. Insider trading meruakan salah satu krisis multidimensional yang terjadi akibat norma hukum dan etika diabaikan.

     e. Power tends to corrupt
Penyalahgunaan kekuasaan.semakin besar kekuasaan maka akam semakin besar pula penyalanggunaanya. Jadi kekuasaan memang harus disertai dengan pengawasan dan penegakan hukum. Sesuai dengan justitia vendicativa yaitu keadilan untuk memberikan hukuman sesuai dengan pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan seseorang.

     f. The end justifies the means
Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan apapun resikonya yang penting menang atau untung, sehingga siapapun yang merintangi harus disingkirkan.

     g. Excellence is not an act, but a habit.
Keutamaan moral atau kebajikan bukanlah hasil dari suatu perbuatan melainkan hasil dari kebiasaan. Dengan demikian, membiasakan diri untuk berbuat baik merupakan proses pembentukan keutamaan moral yang memang harus dilakukan secara terus menerus agar diri kita tumbuh enjadi pribadi yang kuat dan kukuh.

6.  - Kesadaran moral adalah kesadaran dalam diri manusia yang timbul apabila seseorang harus mengambil keputusan mengenai sesuatu yang menyangkut kepentingan , hak dan kebahagiaan orang lain.
            Jadi Keputusan melakukan atau tidak melakukan sesuatu tidak disebabkan oleh factor dari luar kesadaran manusia itu sendiri .

-          Kemutlakan kesadaran moral adalah kewajiban moral yang merupakan perwujudan tuntutan nurani tanpa mempedulikan syarat – syarat asal menyenangkan, asal ada manfaatnya, asal tidak membuat malu, asal sesuai dengan pendapat hukum.
      Jadi kewajiban moral merupakan keinsyafan dan kesadaran diri sendiri yang  
      bersifat mutlak untuk melakukan sesuatu yang diwajibakan oleh suara batin.

-          Rasionalitas kesadaran moral adalah kesadaran moral yang berlaku secara umum dan tetap terbuka terhadap pembenaran atau penyangkalan, sehingga harus dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan argument yang rasional dan bukan sekedar perasaan yang bersifat individual atau sekelompok orang, melainkan mengandung pernyataan yang rasional.

Apa yang kita sadari sebagai kewajiban boleh jadi terasa berat dan menuntut pengorbanan kepentingan, keinginan dan perasaan pribadi.

8.  Tanggungjawab mensyaratkan kebebasan karena melakukan kewajiban tidak sekedar memenuhi apa yag diwajibkan melainkan untuk mencapai kebaikan yang dituntut oleh kewajiban itu sendiri. Inilah yang merupakan sikap moral yang bertanggungjawab berkaitan sangat erat. Bahkan tidak meungkin ada tanggungjawab tanpa kebebasan . Memang hanya dalam sikap yang bertanggungjawab, kebebasan mencapai pelaksanaannya. Maka Sikap moral yang otonom dan dewasa adalah sikap bertanggung jawab berdasarkan kebebasan atau kebebasan yang bertanggungjawab.

14. Fenomena dan kenyataan yang terjadi dibeberapa negara yang aparat/pejabat  atau oknum yang nelakukan korupsi baik secara individu maupun yang memakai kekuasaan yang dimiliki adalah merupakan cerminan dari kesadaran moral yang masih rendah dalam diri manusianya. Dibeberapa Negara terutama di Indonesia banyak terdapat kepentingan – kepetingan kelompok atau perorangan yang masih kuat mendominasi dalam melakukan  tindakan yang mengkibatkan kerugian Negara.  Penyalahgunaan kekuasaan (power tends to corrupt) di Indonesia mengakibatkan kemelaratan/ kehancuran bangsa ini semakin menjadi kenyataan.

     Penegakan hukum (law enforcement)  harus segera dilakukan terhadap pelaku – pelaku korupsi tersebut. Sebab ini akan berdampak positif terhadap berjalannya roda pemerintahan yang berwibawa. Kita syah – syah saja apabila  mencontoh beberapa Negara yang telah melakukan tindakan keras terhadap para pelaku korupsi yang ada seperti  di Cina dan beberapa Negara lainnya. Menurut kami para pelaku tindak korupsi harus diusut dan dikejar sampai tuntas agar menjadi contoh dan tidak lagi terjadi diwaktu lainnya. Hukuman yang maksimal sangat diperlukan untuk memberi pelajaran bagi mereka yang coba – coba untuk melakukan korupsi yang mengakibatkan kerugian Negara ini. Menurut kami seorang calon pejabat eksekutif dan legislatif adalah tidak hanya orang yang ahli dibidangnya  tetapi juga haruslah orang yang jujur dan bersahaja. Terapi atau petuah dari orang yang alim / siraman rohani dari seorang yang ahli dalam agama adalah perlu secara kontinyu diberikan kepada setiap pejabat yang memegang kekuasaan agar mereka selalu ingat yang benar itu benar yang salah itu salah. Dan mereka apabila diperlukan harus membuat suatu janji / komitmen atas penegakan kejujuran dalam melaksanakan tugasnya tersebut. 

Mengenal Daya Saing Pariwisat Indonesia


I. Pendahuluan

Bali sebagai barometer pariwisata di Indonesia, sejak turis pertama menginjak Bali dalam kapal uap yang bernama Koninklijke Paketcart Maatsckapy (KPM), yang sering disebut juga sebagai Babi Expres. Dijuluki demikian karena kapal ini bertujuan ke Buleleng (Bali bagian utara) untuk mengangkut kopra, kopi dan babi komoditi utama Bali waktu itu untuk kemudian dibawa ke Singapura (Redana, 2002). Masih dalam tulisan yang sama, setelah mendarat di Buleleng mereka diangkut dengan mobil besar bikinan Amerika ke selatan, ke hotel pertama waktu itu, Bali Hotel, milik KPM yang dibikin tahun 1925. Diantara tamu tamu ini sudah mulai muncul nama terkenal, seperti waktu itu Charlie Chaplin. Pada 12 Oktober 2002, keindahan Bali, yang dijuluki oleh Nehru, Perdana Menteri India waktu itu, sebagai “The Morning of The World”, berubah menjadi sesuatu yang mengerikan. Dua buah bom yang meledak di Paddy’s Café dan Sari Club, Legian, Kuta, menewaskan lebih kurang 184 orang dan 325 orang terluka. Tidak hanya itu, faktor keamanan yang selama ini cukup stabil menopang rupiah langsung terguncang dan jatuh di kisaran Rp. 9.350 per US$ (pada penutupan Senin 14 Oktober 2002). Juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sekitar 10,3% dari 376,460 (Jumat, 11 Oktober) menjadi 337,473 (Senin 14 Oktober). Taufiqurohman et al., (2002) menuliskan bahwa penurunan indeks ini adalah terparah dalam empat tahun terakhir dan hanya kalah oleh peristiwa Mei berdarah pada tahun 1998. Pada saat World Trade Center di New York, Amerika Serikat diruntuhkan pada September 2001, indeks hanya turun 3,5 % dan saat gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) di bom pada September 2000, penurunannya hanya sekitar 7 %. Tidak hanya itu, Direktur Jenderal Pajak, Hadi Purnomo, menyatakan bahwa pemerintah akan kehilangan pajak sekitar Rp. 10,8 triliun karena menurunnya jumlah penumpang pesawat, berkurangnya tamu hotel dan restoran. Hamzah Haz- wakil presidenbahkan menyatakan bahwa tahun 2003 Indonesia akan mengalami masa kritis, menyusul peledakan bom di Bali. Bahkan sidang Consultative Group on Indonesia (CGI) yang sedianya akan dilaksanakan akhir Oktober diYogyakarta- suatu tempat yang cukup jauh dari Bali- ditunda hingga tahun 2003. Itulah gambaran sekelumit ketidak stabilan pariwisata bali dan Indonesia umumnya.

II. Daya Tarik

Bila kita tiba-tiba ditanya : apa sesungguhnya kekuatan atau daya tarik pariwisata Indonesia yang membedakannya dengan negara lain, sehingga layak dijual ? Pada umumnya akan menjawab keindahan alamnya. Untuk yang jarang melakukan perjalanan wisata ke mancanegara maka jawaban tersebut mungkin benar karena memang tidak pernah melihat alam lain. Atau budayanya, tapi budaya yang mana Bali kah atau Jawa, Toraja, atau yang lainnya. Kembali pengelolaan peninggalan budaya masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan peninggalan budaya Yunani, Roma, Mesir, kemampuan kita masih tertinggal. Bahkan di kawasan ASEAN saja pengelolaan peninggalan budaya kita masih ketinggalan dibandingkan dengan Thailand atau Kamboja dengan Angkor Wat nya. Kesemuanya ini perlu dikemukakan agar tidak timbul arogansi yang sempit bahwa Indonesia adalah segalanya, terindah di dunia, cepat berpuas diri; sehingga dikiranya setiap warga dunia mendambakan untuk dapat berkunjung ke Indonesia dengan cara menabung atau cara lainnya. Sesungguhnya keindahan alam ataupun peninggalan budaya secara fisik tidak lebih dari seonggokan gunung atau candi ataupun benda/bangunan lainnya, ataupun pantai yang indah yang juga dimiliki oleh berbagai negara yang lokasinya berdekatan dengan lumbung turis internasional. Karena tanpa adanya komunitas disekitar monumen, gunung atau pantai maka obyek wisata tersebut tidak lebih dari benda mati, tidak ada roh kehidupan dan bahkan tidak berarti apa-apa bagi pengunjung. Oleh karena itu haruslah disadari bahwa kekuatan pariwisata Indonesia adalah terletak pada manusianya. Manusia yang hangat, ramah tamah, murah senyum dan gemar menolong tamunya, sehingga membuat “kangen” untuk kembali lagi. Gambaran ini adalah pada umumnya manusia Indonesia memang bercirikan demikian dan kita akui pula bahwa memang ada juga sekelompok kecil bangsa Indonesia yang mempunyai tingkah laku tidak seperti yang digambarkan, dan ini hanyalah ekses dari berbagai perubahan yang saat ini sedang berlangsung di Indonesia. Karena sudah menemu kenali bahwa kekuatan pariwisata kita adalah manusia maka berbagai langkah penggarapan harus difokuskan kepada manusia.

III. PERAN PEMERINTAH DAN PERKEMBANGANNYA

Sebenarnya ini sudah dirintis pada tahun 2001 dengan memperkenalkan branding Indonesia, Just a smile away , dan juga membuahkan hasil dengan pencapaian wisman pada tahun 2001 yakni sebesar 5, 153 juta dan tahun 2002 sebesar 5 juta (dikala negara lain menderita penurunan kedatangan wisman akibat tragedi WTC – New York). Namun sayangnya branding yang belum begitu dikenal seperti Malaysia Truly Asia ini harus mengalami penggantian tanpa alasan yang jelas. Di CNN kita saksikan branding diganti menjadi Indonesia, the colour of life . Padahal belum sampai setahun yang lalu (Pebruari – April 2003) Presiden Megawati menyampaikan sub thema Indonesia, endless beauty of diversity , dalam tayangan iklan di CNN dan CNBC menyambut konperensi PATA 2003. Bahkan dalam 2004 ini katanya telah diluncurkan new branding : Indonesia, ultimate in diversity (jadi mirip iklan mobil Honda CRV – ultimate driving comfort and worry free driving ). Yang sangat mengherankan adalah hal tersebut dilakukan tanpa penjelasan atau landasan survai yang jelas mengapa memilih kata-kata tersebut. Kesemuanya ini menggambarkan amburadulnya manajemen pariwisata Indonesia, paling tidak di instansi pemerintah pusat yang bertanggung jawab membinanya. Dengan pimpinan yang sama sejak tahun 2001 sampai sekarang tampaknya tidak ada konsistensi dalam kebijakannya sehingga tidak saja membingungkan para pelaku nyata pariwisata Indonesia tetapi juga para pelaku di luar negeri karena terdapat dua tayangan dengan branding yang berbeda, CNN dengan yang kata-kata telah diubah sedangkan CNBC dan BBC masih mengikuti sub branding yang dicanangkan oleh Presiden Megawati (yang mungkin sudah dilupakan oleh menterinya). Oleh karena itu apabila tidak ada dasar yang kuat, sebaiknya dikembalikan ke branding yang lama, paling tidak sampai tiga tahun mendatang supaya tidak membingungkan pasar internasional dan menjadi bahan cemoohan dan guyonan orang yang mengerti marketing atau punimage creation Prioritas Pasar dan Outlook 2004
Sejak peristiwa 11 September 2001 pemerintah dan pelaku pariwisata sepakat untuk lebih fokus memasarkan Indonesia dengan prioritas ke negara jiran ( short-haul ) dan rejional ( medium haul ). Disamping 70% wisman Indonesia memang berasal dari segmen pasar ini, terdapat pula kecenderungan akan makin sedikit manusia yang berpergian terlalu jauh dari tempat tinggalnya hanya untuk berwisata. Terlalu banyak resiko terutama yang terkait dengan keamanan dan kenyamanan serta efisiensi karena pariwisata saat ini berhadapan dengan “ time poor – money rich people ” (punya harta tetapi miskin waktu). Oleh karena itulah berbagai upaya dilakukan dengan paket wisata yang menarik agar wisman di sekitar negara kita lebih tertarik berkunjung ke Indonesia dibandingkan ke negara lain. Pandangan ini lebih diyakini lagi setelah terjadinya tragedi Bali, Oktober 2002. Tanpa tragedi pun mengatasi permasalahan pariwisata sudah sangat sulit, apalagi ditambah dengan terjadinya tragedi ini, bahkan diikuti pula dengan tragedi Hotel Marriott (Agustus 2003). Lebih parah lagi setelah terjadinya berbagai tragedi yang sesungguhnya merupakan cobaan ini, kekompakan dan kebersamaan di kalangan pelaku pariwisata yang dirasakan sebelumnya sangat baik, telah terpecah belah karena berbagai ambisi dan manuver politik untuk dapat muncul menjadi pahlawan pariwisata Indonesia (mungkin supaya dikenang sejarah walaupun kesiangan dan tanpa prestasi yang jelas). Oleh karena itu diawal 2003 BP-Budpar, sebagai lembaga operasional saat itu memberikan gambaran bahwa tahun 2003 Indonesia akan mencapai angka terendah dibawah tahun 2002 (5 juta wisman), sebesar 4,5 juta sampai 4,8 juta wisman. Para wartawan menanyakan kok bisa lebih rendah dari 2002 saat dimana terjadi Bom Bali. Analoginya sama dengan penyakit yang datangnya tiba-tiba tetapi penyembuhannya memakan waktu dan bertahap. Disamping itu tahun 2002 dari bulan Januari sampai dengan 11 Oktober kondisi pariwisata Indonesia masih normal karena ketidak normalan hanya dialami dua setengah bulan terakhir saja; sedangkan di tahun 2003 ketidak normalan akan berlangsung satu tahun penuh bahkan akan merembet ke tahun 2004 (saat itu belum tahu kalau akan terjadi bom Mariott). Jadi faktor utamanya adalah jaminan keamanan , meskipun tidak ada satu pun negara di dunia yang menjamin bahwa wisman nya akan aman ketika tinggal di negaranya. Yang mereka perlukan adalah “ signal ” bahwa Indonesia bersungguh-sungguh menjaga keamanan. Sementara itu di tahun 2004 kita akan menyelenggarakan Pemilu masing-masing pada bulan April, Juli dan September. Apabila pemilihan presiden dapat dilakukan hanya satu kali yakni bulan Juli maka pebisnis yakin bahwa kondisi akan normal kembalidan diharapkan akan adanya peningkatan kunjungan ke Indonesia (bila kondisi keamanan mendukung. Namun bila pemilihan Presiden sampai diulang (bulan September) maka tampaknya akan membawa dampak negatif bagi pariwisata Indonesia karena pihak yang kalah kemungkinan akan berbuat keonaran, menginat jiwa sportivitas masih belum membudaya dikalangan politisi kita. Oleh karena itu agar tidak hanya termangu-mangu saja maka sebagai jalan keluarnya di tahun 2004 ini disarankan para pelaku pariwisata Indonesia lebih fokus ke pasar dalam negeri, menggarap wisatawan nusantara (wisnus) dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya sehingga minimal kondisi cash-flow perusahaan akan dapat tertolong. Dan sebaiknya tidak melakukan expansi ataupun investasi baru karena kondisi kestabilan politik kurang mendukung adanya investasi baru dibidang pariwisata. Atas dasar kondisi tersebut maka perkiraan jumlah wisman di tahun 2004 maksimal hanya akan meraih 4,5 juta wisman. Apabila dalam White Paper Menbudpar ditargetkan harus dapat setor atau menghasilkan USD 5 Milyar maka harus bekerja keras berusaha agar masa lama tinggal ( length of stay ) nya lebih panjang dari hanya sekedar 10 hari dengan berbagai peningkatan kualitas dan variasi atraksi yang menarik mereka untuk tinggal lebih lama lagi. Dan daerah yang sangat terpengaruh terutama adalah Bali, sedangkan pintu masuk Cengkareng dan Batam akan sedikit pengaruhnya karena kebanyakan pengunjung yang datang melalui pintu ini adalah untuk melakukan bisnis bukan berwisata dalam arti sesungguhnya, meskipun tetap akan mengalami penurunan pula. Disamping itu sebaiknya kita tidak terperangkap pada “kekinian” sehingga menghilangkan idealisme hanya dengan pragmatisme jangka pendek semata. Jawaban ex-patriate diawal pembahasan bahwa sektor pariwisata lah yang akan menggantikan primadona ekonomi Indonesia nantinya hendaknya kita jadikan pedoman dan mulai melihat kedepan paling tidak tahun 2010, sebagaimana Thailand yang telah mencanangkan target 30 juta wisman pada tahun 2010. yang tentunya didukung oleh persiapan yang matang dan mantap serta leadership yang kuat, bukannya yang lemah diikuti oleh manajemen yang amburadul. Inilah saatnya kembali bersatu karena tanpa persatuan sangat mustahil pariwisata Indonesia dapat berdiri sejajar dengan negara tetangga, Malaysia, Thailand dan Singapura.
Selain itu hendaklah disadari bahwa sektor pariwisata adalah penyedia kesempatan kerja yang sangat dominan yakni 10 % dari lapangan kerja di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja langsung 7,3 juta dan yang tidak langsung 5 juta orang. Sehingga bila terjadi permasalahan yang menghambat kemajuan pariwisata pasti akan membawa dampak yang negatif terhadap ketersediaan lapangan kerja. Oleh karena itu berbagai strategi pun harus diarahkan ke sasaran penciptaan lapangan kerja atau paling tidak memelihara jumlah tenaga kerja yang ada sekarang. RestrukturisasiIndustri Dari sisi industri harus pula dilakukan restrukturisasi industri mirip yang dilakukan oleh industri perbankan yang mempersyaratkan minimal modal setor, mengingat kondisi struktur permodalan industri pariwisata Indonesia sangat lemah, bila kita ambil contoh kelompok biro perjalanan wisata (BPW) yang seharusnya dijadikan prioritas pembenahan. Karena ujung tombak kegiatan pariwisata sesungguhnya ada pada biro perjalanan wisata (BPW) yang mempunyai fungsi mengemas paket-paket wisata untuk ditawarkan kepada konsumen baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga setiap BPW benar-benar mempunyai kemampuan sebagai DMC ( destination management corporation ) tidak hanya sekedar berfungsi sebagai agen penjualan tiket seperti yang terjadi saat ini. Dengan adanya DMC maka setiap perjalanan akan menjadi lebih efisien, berkualitas dan dapat dibuatkan standar harga yang ditaati oleh pihak-pihak terkait dan persaingan hanya boleh dilakukan di segi pelayanan saja. Hal ini yang tidak pernah terpikirkan oleh pemerintah Indonesia sehingga walaupun secara formal mereka bernaung dalam satu asosiasi tapi perselisihan bahkan upaya saling mematikan sering terjadi. Kelemahan BPW lainnya adalah lemahnya permodalan sebagian besar perusahaan tersebut dan tidak memiliki akses kepada sumber pendanaan (bank). Sehingga dalam negosiasi dengan mitra kerja asing, BPW Indonesia akan selalu berada di pihak yang lemah dan tidak dapat menentukan, tetapi selalu ditentukan. Kondisi ini sebenarnya dapat dimaklumi karena lebih dari 90 % BPW tergolong UKM dengan permodalan yang lemah. Mereka umumnya berasal dari para pemandu wisata yang ingin mandiri dengan mendirikan BPW lepas dari induk asalnya. Sehingga otomatis kemampuan manajerial terbatas dan visi bisnis pun akan terbatas pula. Untuk menyiapkan Indonesia dimasa depan maka harus ada keberanian untuk melakukan restrukturisasi BPW dengan menetapkan permodalan minimal ataupun merger sehingga BPW dapat lebih kuat posisi tawarnya ( bargaining position). Dan pada lima tahun mendatang diharapkan Indonesia sudah memiliki BPW yang kuat, dan profesional sehingga memiliki kemampuan penetrasi ke pasar mancanegara. Demikian pula dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) pemandu wisata pun harus dapat ditingkatkan dengan melakukan pengketatan pemberian linsensi sebagai pemandu wisata yang selalu di perbaharui pada periode tertentu untuk meningkatkan standar kualitas kemampuannya. Dalam hal ini Indonesia dapat mencontoh dan belajar dari Malaysia dan Thailand dalam menyiapkan tenaga terampil dibidang ini. Selain itu penguasaan di bidang teknologi informasi pun harus lebih ditingkatkan mengingat bahwa kita berhadapan dengan computer literate generation , sehingga if you are not online- you are not on sale. Leadership Penggabungan BP-Budpar ke dalam institusi Kementrian Negara merupakan suatu kemunduran yang sangat dirasakan oleh dunia pariwisata Indonesia, dan mitra kerja asing. Angka kunjungan wisman 5,153 seperti yang pernah dicapai dalam tahun 2001 tampaknya hanya akan menjadi impian belaka sampai masa bakti Kabinet Gotong Royong ini berakhir pada tahun ini Dua tahun dihabiskan hanya untuk melakukan “housekeeping” atau bongkar pasang intern kelembagaan tanpa adanya suatu manfaat dan arah yang jelas selain perasaan dendam kesumat untuk menghapuskan bekas-bekas lama. Lembaga yang semula didambakan akan menjadi semacam Singapore Tourism Board, Hongkong Tourism Board, Tourism Authority of Thailand ataupun Australia Tourism Commisssion, ternyata tidak dikehendaki kelahirannya karena memang dikalangan birokrat dan juga sebagian industri terdapat suatu penyakit yang alergi terhadap diterapkannya profesionalitas di sektor pariwisata. Pandangan sempit ini hanya untuk kepentingan diri semata bukan untuk kepentingan bangsa. Kemungkinan mereka beranggapan apabila sampai lembaga profesional tersebut terbentuk maka akan sirnalah kesempatan bisnis yang selama ini diperoleh dengan cara yang tidak pantas dan untuk birokrat akan hilanglah kesempatan untuk menduduki jabatan strategis yang pasti nantinya akan diiisi oleh kalangan profesional. Upaya pembersihan tampak sekali dengan adanya penggantian materi iklan di CNN yang kualitasnya kurang memadai untuk mendukung upaya pemulihan citra Indonesia, sebagaimana telah diuraikan di bagian terdahulu. Haruslah diakui bahwa untuk menyiapkan pariwisata sebagai sektor unggulan sangat diperlukan figur pimpinan yang memiliki visi dan berwibawa. Figur Soesilo Sudarman salah satu contoh yang pernah muncul dalam pemerintahan dan berhasil merakyatkan pariwisata dengan konsep Sapta Pesona nya. Setelah itu kita kehilangan figur-figur semacam beliau. Figur yang mempunyai keberanian untuk mengatakan tidak kepada rekan menteri lainnya apabila ada yang mengusik kelancaran jalannya pariwisata seperti masalah fasilitasi pemberian visa. Figur yang mampu mengkoordinir anggota kabinet lainnya pada saat masalah pariwisata dibicarakan, tidak hanya sekedar mengirimkan para eselon II bahkan seringkali hanya eselon III nya untuk hadir dalam suatu rapat yang bersifat strategis.. Dan figur yang dapat menjadi teladan di lingkungannya baik di intern lembaga yang dipimpin maupun di luar kelembagaan, karena tidak berpihak kepada sekelompok individu, satunya kata dan perbuatan, dan jujur serta adil dengan tidak mempraktekan nepotisme sehingga figur tersebut selalu dihormati jajaran dan mitra kerjanya. Dengan figur semacam ini, maka masa depan pariwisata Indonesia sebagai sektor unggulan tampaknya akan ada harapan. Semoga kita mendapatkan figur tersebut dalam pemerintahan yang akan datang.

IV. KESIMPULAN

1. kekuatan pariwisata Indonesia adalah terletak pada manusianya. Manusia yang hangat, ramah tamah, murah senyum dan gemar menolong tamunya, sehingga membuat “kangen” untuk kembali lagi. Karena sudah menemu kenali bahwa kekuatan pariwisata kita adalah manusia maka berbagai langkah penggarapan harus difokuskan kepada manusia.

2. Peranan Pemerintah dengan kondisi pemerintah yang kondusif sangat berpengaruh pada perkembangan kedepan pariwisata Indonesia sebagai sektor unggulan tampaknya akan ada harapan.

Sumber – Sumber :
1. Setyo P. Santosa
http://www.kolom.pacific.net.id/.../artikel_setyanto_p._santosa/mengenali_daya__saing_pariwisata_indonesia.html
2. Kresno Agus hendarto
http://www.lmfeui.com/uploads/file11-XXXII-Januari-2003.PDF

Keterkaitan Analisa SWOT dengan Visi dan Misi

Jika anda ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar tapi untuk itu mulailah  bertindak berdasarkan tujuan. Sering kali kita sebagai manusia melewatkan hal-hal yang semestinya kita lakukan dan melakukan hal-hal yang mestinya kita lewatkan.


Hal ini terjadi karena sebagian besar kita lupa untuk merumuskan tujuan dari setiap langkah yang kita ambil sehingga seringkali kita tersesat ditengah perjalanan dan hanya berputar-putar. Prinsip ini juga berlaku dalam organisasi. Untuk membangun sebuah organisasi ataupun menjalankannya dengan membuat program-program setiap organisasi harus merumuskan jati dirinya dan memetakan diri dan lingkungannya. Selalu dibutuhkan upaya untuk memusatkan konsentrasi organisasi pada satu atau beberapa bidang tertentu. Hal ini akan memudahkan organisasi untuk melihat apa yang diinginkannya, bagaimana cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh manakah hal tersebut terlaksana.
Semua proses ini dapat kita sebut sebagai proses manajemen. Proses ini adalah proses yang holistik, melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini langkah teknis yang dapat kita pelajari adalah bagaimana kita mampu memetakan masalah dengan sebuah metoda analisa tertentu dan metoda tersebut adalah analisa SWOT, yang disusul dengan perumusan bagian jati diri  yaitu visi dan misi organisasi.

 Pengertian dan Tujuan SWOT
SWOT adalah singkatan dari bahasa Inggris STRENGTHS (Kekuatan), WEAKNESSES (Kelemahan), OPPORTUNITIES (Peluang) dan THREATS (Ancaman). Analisa SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam organisasi yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan atau salah satu komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.

Analsis SWOT dapat dibagikan dalam lima langkah:
1. Menyiapkan sesi SWOT.
2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
3. Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman.
4. Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan.
5. Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

Manfaat Analisa SWOT
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi

Langkah-Langkah Penerapan
Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT
  • SWOT kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60 menit.
  • Peserta dibagi dalam kelompok dengan maksimum 6 orang per kelompok.
  • Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa.
  • Setiap kelompok membuat sebuah matriks SWOT sesuai dengan contoh.
  • Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.
  • Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi matriks SWOT.
Langkah 2: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
  • Dengan menggunakan curah pendapat, tulis pada kartu semua kekuatan di dalam organisasi (internal). Kekuatan bisa berupa, tenaga trampil, gaji, sarana. Setelah kartu diisi tempelkan pada kertas flipchart.
  • Setelah selesai menyusun kekuatan internal, dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan kelemahan di dalam organisasi (internal) pada kartu lalu ditempelkan pada flipchart .
Langkah 3: Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman
  • Dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan semua kesempatan di luar organisasi (kesempatan ekstern) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan atau atasi sebuah masalah. Ini bisa berupa latihan, tenaga baru, peraturan baru dan seterusnya.
  • Dengan menggunakan curah pendapat, buatlah daftar ancaman di luar organisasi (ancaman ekstern) yang dapat menghalangi pemecahan masalah.
Langkah 4: Melakukan ranking terhadap kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang
  • Daftarkan dalam kolom masing-masing: kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang.
  • Buatlah ranking setiap kolom. Yang perlu dipikirkan adalah pentingnya kesempatan / ancaman dan berapa besar kemungkinan kesempatan / ancaman tersebut memang akan ada. Begitu juga dengan ancaman dan peluang.
Langkah 5: Menganalisis kekuatan dan kelemahan
  • Masukan kekuatan dan kelemahan masuk matriks SWOT.
  • Kekuatan diisi sesuai ranking yang telah dikerjakan, kekuatan yang paling besar di atas, yang kurang besar di bawah.
  • Setelah kekuatan diisi, disusul dengan kelemahan.
  • Masukan kesempatan dan ancaman di dalam kolom.
  • Hubungkan kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.
  • Kombinasi di mana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah keadaan yang paling positif. Keadaan ini harus dipelihara dengan baik supaya tetap ada.
  • Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negatif dan harus dihindari.
  • Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan keluar untuk mengurangi kelemahan atau ancaman.
Catatan:
Analisis SWOT bukanlah akhir dari proses. Untuk memanfaatkan sepenuhnya alat ini, anda perlu menentukan rencana tindak lanjut. Juga alat ini cenderung berdasarkan pada "pendapat" dan indikator-indikator kualitatif dan belum tentu pada "ke


Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang “cespleng” bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.
1.      Jenis Analisa SWOT
Terdapat dua model analisa SWOT yang umum digunakan dalam melakukan analisa situasi yaitu :
1.            Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan satu Threath (T).
Contoh pasangan Kekuatan dan Kelemahan :
Komponen
Sub Komponen
Komponen
Sub Komponen
S
Organisasi saat ini memiliki jumlah anggota yang sangat besar
W
Jumlah anggota yang besar menurunkan tingkat efektifitas koordinasi dan komunikasi antar anggota


Contoh pasangan Kesempatan dan Ancaman :
Komponen
Sub Komponen
Komponen
Sub Komponen
O
Perbaikan tingkat ekonomi membuat makin banyak anak-anak Hindu yang bersekolah hingga perguruan tinggi di Surabaya, sehingga calon anggota KMHDI PC Surabaya makin banyak
T
Calon anggota yang berasal dari keluarga yang mapan seringkali tidak militan dan bersifat agak borjuis
 Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor pada masing-masing sub komponen, dimana satu sub komponen dibandingkan dengan sub komponen yang lain dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Sub komponen yang lebih menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian.
Contoh Pemberian skor :
Kmp
Sub Kmp
Skor
Kmp
Sub Kmp
Skor
S
1.   Organisasi saat ini memiliki jumlah anggota yang banyak
 2.   Organisasi memiliki cadangan dana yang besar
3.   Organisasi telah memiliki berbagai peraturan yang jelas tentang segala hal

40

 30


30
W
1.    Jumlah anggota yang banyak, menurunkan efektifitas koordinasi dan komunikasi
2.    Cadangan dana yang besar dapat membuat idealisme menurun
3.    Peraturan yang ketat membuat organisasi menjadi kaku
60



10


30
Skor total komponen S
100
Skor total komponen W
100
Hasil penilaian ini dapat dilihat bentuknya dalam diagram cartesian dimana Strength (S) berpasangan dengan Weakness (W) dan  Opportunity (O) berpasangan dengan Threat (T).
2.      Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan sub komponen dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap sub komponen S memiliki pasangan sub komponen W, dan satu sub komponen O memiliki pasangan satu sub komponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, Sub Komponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya, Sub Komponen S ada sebanyak 10 buah, sementara sub komponen W hanya 6 buah..
Contoh Model Kualitatif :
Komp
Sub.Komp
Komp
Sub.Komp
S
1.      Organisasi memiliki anggota yang banyak
2.      Organisasi memiliki cadangan dana yang besar
3.      Organisasi memiliki peraturan yang lengkap
4.      Organisasi memiliki sekretariat yang representatif
W
1.      Budaya organisasi adalah budaya tradisional yang menghambat tercapainya kondisi kerja yang efisien
2.      Keinginan anggota untuk belajar dari kesalahan sangat rendah

Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta  tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana menetapkan tujuan adalah bahasan selanjutnya yaitu membangun visi-misi  organisasi atau program.
Visi dan Misi
Pertanyaan mendasar dari sesi ini adalah , mengapa kita perlu tujuan, apakah itu tujuan dan bagaimana kita akan merumuskannya ?
Dalam perumusan sebuah organisasi atau program kerja, diperlukan arah sebagai petunjuk momen gerakan yang dilakukan, karena itulah essensi dari bergerak, bukan hanya berpindah tapi bergerak menuju sesuatu. Selama perjalanan tersebut, tujuan juga berfungsi sebagai acuan perkembangan. Tujuan adalah sebuah konsep yang menerangkan “kemana kita akan pergi”, tujuan ini diterjemahkan dalam beberapa bentuk, satu diantaranya adalah visi dan misi.
Visi merupakan sesuatu yang didambakan untuk dimiliki dimasa depan (what do they want to have), Visi menggambarkan aspirasi masa depan tanpa menspesifikasi cara-cara untuk mencapainya, visi yang efektif adalah visi yang mampu membangkitkan inspirasi
Misi adalah bentuk yang didambakan di masa depan (what do they want to be). Misi merupakan sebuah pernyataan yang menegaskan visi lewat pilihan bentuk atau garis besar jalan yang akan diambil untuk sampai pada visi yang telah lebih dulu dirumuskan. Keduanya tidak memiliki dimensi ukur  kuantitatif  (persentase, besaran waktu, dll). Sebagai konsep yang ideal visi-misi ini harus diterjemahkan lagi dalam konsep yang lebih nyata dan terukur yaitu tujuan (objective). Tujuan dalam konteks ini tidak sama dengan tujuan yang kita bahas didepan. Tujuan yang kita bahas disini adalah tujuan sebagai konsep yang jauh lebih riil.
Proses perumusan visi-misi maupun tujuan dari sebuah organisasi atau program bukanlah proses yang mudah dan tanpa perenungan. Proses ini adalah proses yang subyektif dan sangat tergantung pada iklim organisasi. Yang paling penting adalah bagaimana membangun visi-misi dan tujun melalui proses yang sedemokratis mungkin. Yang selanjutnya adalah bagaimana interaksi  dari bahasan analisa SWOT, Visi dan Misi  dapat merumuskan sebuah tujuan yang riil dan terukur dalam perjalanan roda organisasi.




Interaksi Analisa SWOT, Visi dan Misi
Bahasan mengenai analisa SWOT, Visi dan Misi adalah suatu bagian integral dari sebuah organisasi, sehingga kaitan diantara ketiganya harus dikuasai dengan baik sebelum melangkah ke konsep-konsep selanjutnya dalam menggerakkan organisasi. Analisa SWOT, visi dan misi sebagai sebuah konsep memiliki interaksi yang erat, baik pada saat perumusan, pelaksanaan maupun evaluasi organisasi atau program. Analisa SWOT mengawali perumusan visi dan misi organisasi dan kemudian diterjemahkan dalam tujuan organisasi yang dalam KMHDI kita kenal sebagai GBHO dan GBPK. Dengan acuan berupa visi-misi maka tujuan organisasi  akan dapat dirumuskan dalam GBHO dan GBPK.
Dalam skala yang lebih kecil, urut-urutan cara penganalisaan yang sama dapat diterapkan terhadap suatu program kerja, dimana setelah melakukan Analisa SWOT, menentukan Visi-Misi Program Kerja, maka program ini dapat dijabarkan targetnya, segmentasinya dan strategi aksi yang akan digunakan.  Sebuah program kerja dapat dikatakan sebagai sebuah program yang lengkap apabila telah mampu menerangkan visi, misi, tujuan serta gambaran pelaksanaan yang berupa target, segmentasi dan strategi aksi yang dipilih. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan pelaksanaan program kerja yang secara teknis persiapannya maupun pelaksanaanya akan dibahas pada bagian selanjutnya dari diklat ini. Pelaksanaan akan diikuti dengan proses evaluasi. Yang digarisbawahi disini adalah peran analisa SWOT dalam melakukan penilaian kesesuaian konsep dan pelaksanaan program saat program berjalan maupun di akhir program sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan penilaian yang obyektif dan berkesinambungan.






Daftar pustaka :
CM.Lingga Purnama, MM, Strategic Marketing Plan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001.(hlam 1-76)
Suad Husnan , Dr, MBA, Suwarsono, Drs, MA, Studi Pelayakan Proyek, UPP. AMP YKPN, Yogyakarta, 1994
David J. SchwartzThe Magic of Thinking Big,, Prentice-Hall inc, 1996